Menjadi Solusi |
Menjadi solusi
Selain Memiliki nilai tambah dalam amal dan nilai tambah dalam waktu, mahasiswa super perlu untuk berpikir dan berperan menjadi solusi.
“Mahasiswa super adalah mahasiswa
yang peduli terhadap lingkungan dan
bangsanya. Dia memiliki kepekaan sosial”
Sumpah pemuda udah membuktikan. Mereka menjadi
bagian dari perjuangan bangsa. Mereka menjadi bagian dari solusi, bukan penambah
masalah.
Setelah wisuda, saya dengar ada seorang teman
bertanya. Sebut saja namanya A dan B.
A : “Ohya, kamu sidah
diwisuda ya?”.
B : “Alhamdulillah sudah”.
A : “Selamat ya..”.
B : “Sama-sama”.
A : “eh kamu tahu nggak, Sekarang jumlah penganggran di
Indonesia bertambah satu lho...?”.
B : “Lho.. Kok Tahu?”.
A
:“Iya, kan
tambah Kamu he he he” (Jawab si A sambil tertawa.)
Yah begitulah. Setelah lulus kebanyakan mahasiswa
bingung nyari kerja. Kesana kemari bawa lamaran kerja. Bahkan ada seorang teman
yang membuat 50 Surat lamaran dan itu ia masukkan ke Sekolah-sekolah. Wow.
Super sekali.
Adajuga teman yang demi PNS, ia rela mengeluarkan
uang ratusan juta. Hanya ingin jadi PNS
alias Pegawai Negeri Sipil. Memang sih dimata
masyarakat, kalau pekerjaannya PNS, orang tua mana coba yang bakal nolak
lamarannya, J. Makanya, profesi ini sangat menggiurkan dan diminati banyak
orang. Tapi sayang, saya tak sependapat kalok daftar PNS harus keluar beratus juta. Mending uangnya buat sedekah
atau buka usaha. Bahkan kalau perlu bikin sekolahan
sendiri. He he he. Sudah saatnya kita berpikir kreatif. Tidak menggantungkan
pada siapapun, termasuk kepada pemerintah. Bukankah yang menggaji PNS
pemerintah? Pemerintah uangnya darisiapa?
Dari pajak rakyat kan? Jadi? Yang menggaji PNS rakyat.
Nah, Mahasiswa Super adalah mereka yang tidak
menambah jumlah masalah di negeri ini. Melainkan mereka menjadi bagian dari
solusi. Hadirnya bak cahaya yang menerangi kegelapan, bukan kegelapan yang
menutupi cahaya. Ibarat perahu impian
yang sedang bocor, maka seorang mahasiswa super adalah penumpang yang menambal
kebocoran, bukan yang tinggal diam.
Ini
contoh aplikasi menjadi bagian dari solusi. Di kelas misalnya. Mahasiswa
biasa akan mencontek dari buku, parahnya lagi nggak cukup hanya itu. Ia juga
lirik kanan kiri. Padahal nyontek itu nggak bermanfaat.
-
Nyontek itu menandakan nggak percaya diri. Gimana percaya diri, lhawong Jawab
soal aja ndak pakk jawaban sendiri.
-
Nyontek itu menandakan nggak mandiri. Gimana mandiri, ia kan menggantungkan ke
buku, kalau gak gitu ke oranglain.
-
Nyontek itu perbuatan trcela. Nah, yang ini pernyataan Dosen saya. Di lembar
kertas ujiannya selalu ada tulisan kayak gitu.
-
Mencontek itu mencuri karena mengambil yang bukan haknya.
-
Agamapun melarang mengambil yang bukan haknya.
-
Udahlah, nggak usah mencontek saat ujian.
“Lho mas, nyontek itukan boleh?”. “Iya boleh, tapi
bukan nyontek yang kayak gini. Waktu ujian itu yang diuji diri kamu sendiri. Right?”. Ini
sudah teruji dan terbukti. Saya IPKnya sama yang nyontek sama. Mendingan nggak
nyontek dapat IPK diatas 3,5 daripada
nyontek IPKnya 2. He he he.
Mungkin
kata-kata ini agak kasar. “say NO to jadi pengemis”. “maksudnya?”. Pengemis itu kan
kerjanya meminta-minta, right? Apa bedanya dengan si tukang contek waktu ujian.
Mereka juga meminta-minta. Minta jawaban teman. Minta jawaban buku. Padahal
Rasulullah SAW melarang kita menjadi peminta-minta. Jujur saja, sekali lagi saya lebih bangga anda mendapatkan nilai A hasil kerja keringat sendiri daripada nilai D tapi hasil nyontek. J .
Bangsa ini udah banyak masalah dan sebenarnya
masalah ini selesai jika sumber daya manusianya diperbaiki. Karena SDM adalah
kunci dari segala kunci permasalahan bangsa. Misalnya korupsi. Korupsi tidak
akan terjadi jika SDMnya amanah dan berkarakter baik. Sekali lagi, kuncinya
adalah SDM.
Udahlah pokoknya dimanapun berada, jadilah bagiandari solusi. Ingat, “Bagian dari Solusi”. Siap? Karena mahasiswa Super selalu
mempunyai solusi disetiap pemasalahan. “Ini sulit, tapi bisa” begitulah
perkataan mereka. Bukan dibalik, “Ini bisa, tapi sulit”.